Senin, 03 Juni 2013

CEGAH MASALAH REPRODUKSI REMAJA SEBELUM TERLAMBAT

Sejak awal tahun 1980-an, menurut Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., telah terjadi perubahan dalam pandangan terhadap seksualitas. Hal ini mengakibatkan perubahan dalam perilaku seksual, termasuk di kalangan remaja.
Hubungan seksual di kalangan remaja bukan lagi merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Ironisnya mereka tidak mendapat pendidikan seksual yang benar dan cukup.

Bahkan mereka dihambat untuk menerima pendidikan seksual yang benar dan bertanggungjawab. Maka tidak aneh, terang spesialis andrologi dan seksologi dari Bagian Andrologi dan Seksologi, FK Universitas Udayana, Denpasar, bila timbul akibat yang dengan mudah dapat disaksikan, yaitu kehamilan pranikah yang semakin banyak dilaporkan, pengguguran kandungan yang semakin nyata, dan penyakit kelamin di kalangan remaja yang semakin meningkat.  

Untuk mencegah dan menanggulangi akibat yang mungkin timbul karena perubahan pandangan dan perilaku seksual remaja, Prof. Wimpie menekankan perlunya hal-hal berikut untuk diperhatikan.

1. Perhatian dan pengawasan orangtua harus diberikan secara memadai, termasuk dalam hal seksualitas. Mutlak dituntut contoh nyata orangtua dalam hidup sehari hari. 
2. Bekali remaja dengan pengetahuan seksualitas yang benar dan bertanggungjawab.
3. Remaja perlu mendapat pendidikan moral dan agama yang relevan dengan kehidupan mereka.
4. Ingatlah bahwa seksualitas berkembang sejak masa bayi, bahkan di dalam kandungan. Maka seharusnya perhatian orangtua tentang seksualitas anaknya sudah diberikan sejak dini,  tidak hanya setelah menjadi remaja.
5. Berikan lingkungan yang bersih dari unsur seksual yang bersifat merangsang dan merugikan remaja. Ini memang tidak mudah, karena banyak faktor dan pihak terlibat.
6. Kegiatan positif perlu disediakan bagi remaja agar mereka terlibat aktif di dalamnya, sehingga tidak larut dalam rangsangan seksual yang merugikan. 
7. Semua pihak yang ikut terlibat dalam penanganan masalah seksual remaja hendaknya meningkatkan tanggungjawabnya. Sehingga usaha yang dilakukan tidak justru mendorong remaja untuk semakin berani tenggelam dalam aktivitas seksual yang tidak diinginkan. Yang dapat menimbulkan akibat buruk lebih jauh.
8. Bagi remaja yang sudah terbiasa melakukan aktivitas seksual, usahakan agar menghentikan aktivitas seksual yang membangkitkan dorongan seksual. Sehingga tidak berlanjut menjadi hubungan seksual.
9. Bagi remaja yang sudah terbiasa melakukan hubungan seksual, berupayalah untuk menghentikan. Kalau tidak mampu menghentikan, cegah agar tidak terjadi kehamilan dan tidak terjadi penularan Penyakit Menular Seksual (PMS).

10. Kalau timbul suatu gangguan atau masalah seksual, baik yang menyangkut segi biologis,  fisiologis, dan psikoseksual, segeralah berkonsultasi dengan tenaga ahli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar