Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi pasca Kudatuli yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa,
terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos
angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:- Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
- Laksanakan amandemen UUD 1945,
- Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
- Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
- Tegakkan supremasi hukum,
- Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut
lengsernya sang Presiden tercapai, namun banyak yang menilai agenda
reformasi belum tercapai atau malah gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.
Bertepatan
hari ini kita memperingati lengsernya rezim orde baru yang berkuasa
selama 32 tahun. Pergantian orde baru menuju reformasi tak terelakkan
berkat perjuangan gerakan mahasiswa waktu itu. Sayangnya perbaikan demi
perbaikan belum juga kunjung datang setelah 13 tahun berreformasi.
Mahasiswa perlu segera bangkit untuk merajut kembali sebuah gerakan yang
relevan dengan kebutuhan bangsa ini.
Bahkan
datang kabar mengejutkan dari lembaga survey Indo Barometer yang
menyatakan rakyat Indonesia merasa lebih puas dengan kepemimpinan orde
baru daripada kepemimpinan ere reformasi (Kompas, 17/05). Itu
seolah menjadi tamparan keras bagi mahasiswa yang telah berupaya
memperjuangkan era reformasi. Era reformasi dianggap belum menghasilkan
perbaikan dibanding dengan yang telah dicapai oleh orde baru. Kemiskinan
dan pengangguran belum juga kunjung terselesaikan di era reformasi ini.
Cita-cita
reformasi yang digalakkan waktu itu guna memerdekakan rakyat dari
ketertindasan dan kemiskinan terlupakan begitu saja. Euforia kemenangan
atas lengsernya kepemimpinan Soeharto seakan menandai berakhirnya
perjuangan gerakan mahasiswa. Keberlanjutkan gerakan mahasiswa waktu itu
terputus dengan tiadanya konsep pasca tumbangnya orde baru. Hilangnya
musuh bersama membuat gerakan mahasiswa pincang dan tak berdaya karena
gerakan mahasiswa waktu itu masih bersifat temporer.
Sebagai
mandat sosial tentu mahasiswa perlu segera merajut kembali gerakan bagi
rakyat. Gerakan yang tidak sekedar bersifat sementara namun juga
bersifat jangka panjang. Kita dapat belajar dari pengalaman
gerakan-gerakan sebelumnya dengan sedikit penyegaran dan terobosan baru.
Gerakan mahasiswa tidak melulu dilakukan dengan turun kejalan namun
juga dapat dilakukan dengan gerakan menulis, gerakan komunitas seperti
komunitas sepeda sebagai kepedulian terhadap lingkungan, serta gerakan
tanggap bencana.
Menakar Reformasi
Konsepsi
reformasi saat ini juga membuka peluang perumusan ulang oleh gerakan
mahasiswa secara mendalam dan menyeluruh. Reformasi waktu itu dengan
semangat menumbangkan rezim berkuasa belum seluruhnya tuntas.
Berakhirnya orde baru hanya berkisar persoalan fisik semata yaitu
pergantian oknum dan nama periode saja. Namun persoalan substansial
semisal pembangunan mental, karakter, dan sistem sama sekali belum
tersentuh.
Itu
terlihat dari semakin merebaknya praktik korupsi di negeri ini pasca
tumbangnya orde baru. Bila pada orde baru praktik korupsi hanya terjadi
pada pemerintahan pusat namun untuk saat ini praktik korupsi dapat
terjadi di sektor mana saja mulai dari kepala desa sampai tingkat
presiden. Tentu itu bukan prestasi yang menggembirakan bagi era
reformasi dan kehadiran gerakan mahasiswa dibutuhkan disini. Gerakan
mahasiswa perlu memutus mata rantai siklus korupsi tersebut dengan
menjadi teladan bagi rakyat dan membuat gerakan anti korupsi yang bersih
dan bebas dari kepentingan.
Gerakan tersebut menjadi tantangan berat bagi mahasiswa yang tengah dikepung oleh gaya
hidup hedonis. Mahasiswa disibukkan dengan beragamnya model terbaru
dari pasar dan perlahan menjelma menjadi manusia yang mementingkan
kesenangan belaka. Belum lagi pola pendidikan di kampus yang menekankan
aspek formalitas pendidikan saja. Tentu ini menjadi tantangan internal
mahasiswa sendiri yang perlu segera diselesaikan oleh mahasiswa yang
masih mencita-citakan perubahan.
Penakaran
kembali reformasi juga perlu dilakukan oleh mahasiswa. Reformasi Sejauh
hanya pergantian oknum dan bukan pada tatanan yang berlangsung hanya
akan menyebabkan kemandulan perubahan. Karena sejatinya reformasi datang
bukan dari bawah namun dari kaum elit yang berhak mereformasi
tatanannya. Kita lihat saja reformasi kejaksaan, reformasi perpajakan,
serta reformasi kepolisian belum menghasilkan suatu hal yang patut
dibanggakan.
Merajut Kembali Gerakan Mahasiswa
Ditengah
krisis multidimensi negeri ini mahasiswa perlu hadir untuk
menyelesaikan persoalan bangsanya. Perlu perbaikan disegala sektor
sebagai penunjang kemandirian bangsa. Gerakan mahasiswa perlu digalakkan
kembali sebagai wujud kritik terhadap pemerintah yang mengabaikan
rakyatnya dan menjadi garda terdepan menuju kesejahteraan. Mahasiswa
harus berani memperoleh kepercayaan rakyat kembali sebagai agen
perubahan bukan lagi sekedar generasi yang mampu bicara saja.
Turun
kejalan menjadi sebuah keharusan bagi gerakan mahasiswa. Tanpa turun
kejalan maka posisi daya tawar mahasiwa terhadap pemerintah akan
melemah. Turun kejalan tidak dapat dimaknai sebagai gerakan seporadis
yang tidak memenuhi unsur intelektualitas. Dalam proses aksi sebelum
turun kejalan ada kajian isu yang akan diangkat ke publik. Dan tanpa
data dan tujuan yang valid maka turun kejalan sebagai gerakan mahasiswa
akan sulit terealisasikan.
Elegansi
gerakan juga perlu dipertimbangkan dewasa ini. Gerakan sebagai
terobosan penyeimbang turun kejalan juga perlu digalakkan. Gerakan
komunitas adalah alternatif ditengah hambarnya gerakan turun kejalan
oleh mahasiswa. Dengan komunitas mahasiswa dapat saling bahu membahu
mencapai perubahan dan itu akan memudahkan mahasiswa sendiri dalam
mendapat simpati dari rakyat. Semisal membuat komunitas sepeda sebagai
wujud kecintaan terhadap lingkungan. Mahasiswa memang harus menjadi awal
perubahan karena selain memiliki semangat muda, mahasiswa juga
dianugrahi pendidikan yang tinggi.
Gerakan
pendidikan juga tidak kalah penting dibandingkan gerakan-gerakan yang
telah penulis sebutkan diatas. Mahasiswa perlu mengejawantahkan teori
yang diperoleh dari kampus kedalam lingkungan sekitarnya. Ilmu tanpa
dilaksanakan tentu bagaikan pohon yang tak berbuah. Mahasiswa patut ikut
mencerdaskan bangsanya dengan ikut megajar anak jalanan yang putus
sekolah. Kita juga dapat belajar dari film Lucunya Negeri Ini yang
mengisahkan pendidikan terhadap anak jalanan yang terpaksa berprofesi
sebagai pencopet.
Gerakan
mahasiswa segeralah bangkit demi menciptakan kemandirian bangsa
Indonesia. Siapa lagi yang sudi memperakarsai perubahan kalau bukan
gerakan mahasiswa yang masih bersih dari kepentingan. Maka Bangkitlah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar