Senin, 18 Maret 2013

Gerakan mahasiswa Indonesia 1998

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat pro-demokrasi pada dekade tahun sembilan puluhan. Gerakan ini menjadi monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998.
Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi pasca Kudatuli yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
  • Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
  • Laksanakan amandemen UUD 1945,
  • Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
  • Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
  • Tegakkan supremasi hukum,
  • Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gedung wakil rakyat, yaitu Gedung DPR/MPR dan gedung-gedung DPRD di daerah, menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk menurunkan Soeharto. Organ mahasiswa yang mencuat pada saat itu antara lain adalah FKSMJ dan Forum Kota karena mempelopori pendudukan gedung DPR/MPR.
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya sang Presiden tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.



Bertepatan hari ini kita memperingati lengsernya rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun. Pergantian orde baru menuju reformasi tak terelakkan berkat perjuangan gerakan mahasiswa waktu itu. Sayangnya perbaikan demi perbaikan belum juga kunjung datang setelah 13 tahun berreformasi. Mahasiswa perlu segera bangkit untuk merajut kembali sebuah gerakan yang relevan dengan kebutuhan bangsa ini.

            Bahkan datang kabar mengejutkan dari lembaga survey Indo Barometer yang menyatakan rakyat Indonesia merasa lebih puas dengan kepemimpinan orde baru daripada kepemimpinan ere reformasi (Kompas, 17/05). Itu seolah menjadi tamparan keras bagi mahasiswa yang telah berupaya memperjuangkan era reformasi. Era reformasi dianggap belum menghasilkan perbaikan dibanding dengan yang telah dicapai oleh orde baru. Kemiskinan dan pengangguran belum juga kunjung terselesaikan di era reformasi ini.
              Cita-cita reformasi yang digalakkan waktu itu guna memerdekakan rakyat dari ketertindasan dan kemiskinan terlupakan begitu saja. Euforia kemenangan atas lengsernya kepemimpinan Soeharto seakan menandai berakhirnya perjuangan gerakan mahasiswa. Keberlanjutkan gerakan mahasiswa waktu itu terputus dengan tiadanya konsep pasca tumbangnya orde baru. Hilangnya musuh bersama membuat gerakan mahasiswa pincang dan tak berdaya karena gerakan mahasiswa waktu itu masih bersifat temporer.
Sebagai mandat sosial tentu mahasiswa perlu segera merajut kembali gerakan bagi rakyat. Gerakan yang tidak sekedar bersifat sementara namun juga bersifat jangka panjang. Kita dapat belajar dari pengalaman gerakan-gerakan sebelumnya dengan sedikit penyegaran dan terobosan baru. Gerakan mahasiswa tidak melulu dilakukan dengan turun kejalan namun juga dapat dilakukan dengan gerakan menulis, gerakan komunitas seperti komunitas sepeda sebagai kepedulian terhadap lingkungan, serta gerakan tanggap bencana.
Menakar Reformasi
Konsepsi reformasi saat ini juga membuka peluang perumusan ulang oleh gerakan mahasiswa secara mendalam dan menyeluruh. Reformasi waktu itu dengan semangat menumbangkan rezim berkuasa belum seluruhnya tuntas. Berakhirnya orde baru hanya berkisar persoalan fisik semata yaitu pergantian oknum dan nama periode saja. Namun persoalan substansial semisal pembangunan mental, karakter, dan sistem sama sekali belum tersentuh.
            Itu terlihat dari semakin merebaknya praktik korupsi di negeri ini pasca tumbangnya orde baru. Bila pada orde baru praktik korupsi hanya terjadi pada pemerintahan pusat namun untuk saat ini praktik korupsi dapat terjadi di sektor mana saja mulai dari kepala desa sampai tingkat presiden. Tentu itu bukan prestasi yang menggembirakan bagi era reformasi dan kehadiran gerakan mahasiswa dibutuhkan disini. Gerakan mahasiswa perlu memutus mata rantai siklus korupsi tersebut dengan menjadi teladan bagi rakyat dan membuat gerakan anti korupsi yang bersih dan bebas dari kepentingan.
            Gerakan tersebut menjadi tantangan berat bagi mahasiswa yang tengah dikepung oleh  gaya hidup hedonis. Mahasiswa disibukkan dengan beragamnya model terbaru dari pasar dan perlahan menjelma menjadi manusia yang mementingkan kesenangan belaka. Belum lagi pola pendidikan di kampus yang menekankan aspek formalitas pendidikan saja. Tentu ini menjadi tantangan internal mahasiswa sendiri yang perlu segera diselesaikan oleh mahasiswa yang masih mencita-citakan perubahan.
              Penakaran kembali reformasi juga perlu dilakukan oleh mahasiswa. Reformasi Sejauh hanya pergantian oknum dan bukan pada tatanan yang berlangsung hanya akan menyebabkan kemandulan perubahan. Karena sejatinya reformasi datang bukan dari bawah namun dari kaum elit yang berhak mereformasi tatanannya. Kita lihat saja reformasi kejaksaan, reformasi perpajakan, serta reformasi kepolisian belum menghasilkan suatu hal yang patut dibanggakan.
Merajut Kembali Gerakan Mahasiswa
            Ditengah krisis multidimensi negeri ini mahasiswa perlu hadir untuk menyelesaikan persoalan bangsanya. Perlu perbaikan disegala sektor sebagai penunjang kemandirian bangsa. Gerakan mahasiswa perlu digalakkan kembali sebagai wujud kritik terhadap pemerintah yang mengabaikan rakyatnya dan menjadi garda terdepan menuju kesejahteraan. Mahasiswa harus berani memperoleh kepercayaan rakyat kembali sebagai agen perubahan bukan lagi sekedar generasi yang mampu bicara saja.
            Turun kejalan menjadi sebuah keharusan bagi gerakan mahasiswa. Tanpa turun kejalan maka posisi daya tawar mahasiwa terhadap pemerintah akan melemah. Turun kejalan tidak dapat dimaknai sebagai gerakan seporadis yang tidak memenuhi unsur intelektualitas. Dalam proses aksi sebelum turun kejalan ada kajian isu yang akan diangkat ke publik. Dan tanpa data dan tujuan yang valid maka turun kejalan sebagai gerakan mahasiswa akan sulit terealisasikan.
            Elegansi gerakan juga perlu dipertimbangkan dewasa ini. Gerakan sebagai terobosan penyeimbang turun kejalan juga perlu digalakkan. Gerakan komunitas adalah alternatif ditengah hambarnya gerakan turun kejalan oleh mahasiswa. Dengan komunitas mahasiswa dapat saling bahu membahu mencapai perubahan dan itu akan memudahkan mahasiswa sendiri dalam mendapat simpati dari rakyat. Semisal membuat komunitas sepeda sebagai wujud kecintaan terhadap lingkungan. Mahasiswa memang harus menjadi awal perubahan karena selain memiliki semangat muda, mahasiswa juga dianugrahi pendidikan yang tinggi.
            Gerakan pendidikan juga tidak kalah penting dibandingkan gerakan-gerakan yang telah penulis sebutkan diatas. Mahasiswa perlu mengejawantahkan teori yang diperoleh dari kampus kedalam lingkungan sekitarnya. Ilmu tanpa dilaksanakan tentu bagaikan pohon yang tak berbuah. Mahasiswa patut ikut mencerdaskan bangsanya dengan ikut megajar anak jalanan yang putus sekolah. Kita juga dapat belajar dari film Lucunya Negeri Ini yang mengisahkan pendidikan terhadap anak jalanan yang terpaksa berprofesi sebagai pencopet.
              Gerakan mahasiswa segeralah bangkit demi menciptakan kemandirian bangsa Indonesia. Siapa lagi yang sudi memperakarsai perubahan kalau bukan gerakan mahasiswa yang masih bersih dari kepentingan. Maka Bangkitlah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar